Singkat cerita dalam dunia pemayangan, eh dunia fiksi, maksudnya, ada seorang suami dan istri sedang berjalan bersama. Mereka berjalan dengan bergandengan tangan. Melihat-lihat pemandangan sekitar.
Mobil-mobil berseliweran, orang berlalu-lalang, dan kupu-kupu bertebengan. Eh, emang ada ya…?
Nah, saat mereka melewati sebuah restoran, si istri tiba-tiba bilang pada suaminya, “Mas, lapar enggak?”
“Enggak,” jawab suaminya enteng. Dan mereka pun berjalan lagi.
Sesampainya di rumah, si istri langsung menuju dapur. Diambilnya satu bungkus mie instan, dan mulai memasaknya.
Si suami yang melihat si istri makan mie instan, kemudian tersadar, “Loh, lapar tho? Kenapa gak bilang?”
Si istri hanya memandang wajah suaminya dengan muka cemberut. Sambil membatin, “Tadi kan sudah dikode. Gitu aja kok gak paham…”
Pernah mengalami hal serupa?
Nah, memang komunikasi suami istri merupakan salah satu hal yang sangat penting dan memiliki peran yang sangat besar dalam membangun keharmonisan rumah tangga.
Kesalahan memilih kata, intonasi yang tidak pas ataupun waktu yang tidak tepat dalam menyampaikan pendapat atau tanggapan atas apa yang disampaikan pasangan dapat menimbulkan salah pengertian, yang dapat mengakibatkan sakit hati, bahkan memicu pertengkaran.
Akibatnya Keharmonisan hubungan pasangan akan terganggu. Karena itu kedua belah pihak harus saling memperhatikan komunikasinya dengan pasangan, jangan sampai menimbulkan salah pengertian dan berujung sakit hati.
Pun banyak “kode-kode” dari wanita yang kadang sulit dipahami oleh para pria. Tapi tak jarang pula si suami yang maksudnya baik, tapi justru hal itu malah membuat sakit hati istrinya.
Berikut beberapa contoh ungkapan suami yang dapat membuat istri kurang nyaman bahkan sakit hati.
Pertama, Beli saja pakai uang sendiri
Padahal Saat itu Istri hanya meminta pendapat suami “bagus tidaknya” suatu barang yang ingin dibeli istri, dengan uang istri sendiri, dan tidak minta suami untuk membelikannya.
Kedua, Aku bukan sopir
Kebetulan istri ada beberapa keperluan, dan suami sebelumnya sudah menyatakan siap mengantar istri. Namun tiba-tiba suami berkomentar seperti itu, ketika istri akan pergi ke beberapa tempat secara berurutan.
Giliran si istri minta dibelikan mobil atau motor sendiri, agar bisa kemana-mana tanpa perlu diantar suami, eh suaminya malah gak mau. Alasan romantisnya sih, “aku selalu siap siaga dan ada untukmu.”
Ketiga, Jangan kuliahi aku, aku sudah tahu atau tahu apa kamu tentang urusanku?
Istri hanya memberikan pendapatnya dan sama sekali tidak bermaksud menggurui. Istri juga sadar benar suaminya orang yang lebih pintar dan lebih luas wawasannya. Istri juga memahami bahwa keputusan akhir ada di tangan suami karena suami adalah qawwam dalam keluarga.
Keempat, kamu itu maunya melawan suami terus
Istri hanya berusaha menjelaskan duduk perkara secara lengkap, namun suami sudah memotong pembicaraannya. Dan ketika kembali ingin menjelaskan kembali, malah dianggap melawan suami.
Kelima, Di rumah seharian, tapi rumah kok tetap berantakan, tidak ada rapinya sama sekali
Seorang istri memahami benar tugasnya sebagai ibu rumah tangga. Dan istri juga sudah berusaha mengerjakan segala pekerjaan rumah tangga, termasuk merapikan rumah.
Namun kadang anak-anak bermain lebih giat dari ibunya, apalagi masih usia balita sedang senang bereksplorasi dan mencoba segala sesuatu, sehingga kerapihan rumah tidak bertahan lama. Ada saja perilaku buah hati yang membuat rumah bak kapal pecah. Kadang juga ada situasi yang istimewa, yang di luar dugaan.
Entah tiba-tiba anak rewel minta digendong terus, atau mendadak sakit sehingga butuh perhatian lebih. Kadang ada tetangga yang membutuhkan pertolongan segera, atau ada teman yang berkunjung mendadak dengan mengajak anaknya.
Keenam, Makan dulu yuk, Aku yang bayar
Istri, apalagi yang bergantung penuh secara financial pada suami, merasa tidak nyaman, seolah istri adalah orang yang pelit ke suaminya sendirinya, sementara ia sudah diberi nafkah oleh suami. bukankah termasuk kewajiban suami memberikan makanan untuk istri?
Demikian itu beberapa ungkapan suami yang membuat istri merasa bersalah dan tidak nyaman. karena itu para suami hendaknya berhati-hati dalam memberikan tanggapan atau komentar.
Yakinlah, istri shalihah tidak ada yang sengaja membuat kesal suami atau sengaja melalaikan amanahnya sebagai seorang istri. Jangan berprasangka buruk kepada istri, apalagi selama ini istri selalu amanah menjalankan kewajibannya. Dan yang perlu diketahui oleh para suami, kalimat-kalimat suami tersebut akan diingat terus oleh istri. Istri tidak ingin hal itu akan terulang kembali, karena itu jangan heran jika istri menjadi lebih pasif dan malas memberikan masukan dan sebagainya.
Para suami, kedepankan berprasangka baik dan empati agar tidak menimbulkan sakit hati. Mari perbaiki komunikasi suami dan istri agar terwujud Baiti jannati setiap hari.
Setuju bukan? Kalau setuju silahkan bagikan tulisan ini ya, jangan lupa suaminya di-tag juga, agar dia paham dan mengerti.
Karena sesungguhnya wanita itu ingin dimengerti.
*** SEMOGA BERMANFAAT ***
Sumber : tuturma.ma