Info Mekkah News - Ath-Thahawi mengatakan dalam bukunya yang berjudul al-‘Aqidahath-Thahawiyyah:
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam pernah melihat Sidratul Muntaha (tempat yang paling tinggi di atas langit ke-7, yang telah dikunjungi Rasulullah ketika Mi’raj), dan di dekatnya terdapat surga, sebagaimana disebutkan oleh Bukhari dan Muslim dalam hadits yang diriwayatkan oleh Anas. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam, dalam akhir cerita beliau tentang Isra’ Mi’raj, bersabda, “Jibril mengantar aku ke Sidratul Muntaha, yang diliputi oleh warna-warna yang sulit dilukiskan keindahannya. Kemudian aku masuk ke dalam surga, yang cahayanya seperti cahaya mutiara dan tanahnya seperti kesturi.”
Bukhari menyediakan sebuah bab khusus dalam Shahih-nya mengenai “hadits-hadits tentang deskripsi surga dan tentang telah diciptakannya surga”, dimana dia mengutip banya hadits yang menunjukkan bahwa surga telah diciptakan. Di antaranya adalah hadits yang menyatakan bahwa pada saat mayt dimasukkan ke dalam kubur, Allah subhanahu wa ta’ala memperlihatkan kepada mayat itu tempatnya di surga atau di neraka. Ada lagi hadits bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam melihat tempat milik ‘Umar ibn Khaththab di surga, dan sebagainya. Benarlah apa yang dikatakan Ibn Hajr, “Bahkan lebih tegas lagi daripada hadits yang disebutkan Bukhari dan hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Daud dengan sanad yang kuat dari Abu Hurairah, bahwa Rasululla shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Ketika Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan surga, Dia berkata kepada Jibril, ‘Pergi dan lihatlah surga itu.’”
Pendapat lain lagi adalah bahwa ketika Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan wahyu, “Semua yang ada di bumi akan binasa,” (Qs. Ar-Rahman[55]: 26) para malaikat berkata, “Penduduk bumi akan binasa,” dan berharap semoga keberadaan mereka (malaikat) tetap terpelihara. Allah subhanahu wa ta’ala berkata bahwa penduduk langit dan bumi akan binasa, dan berfirman, “Janganlah kamu sembah di samping [menyembah Allah], tuhan apapun yang lain. Tidak ada tuhan [yang berhak disembah] melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah.” Karena, Dia-lah Yang Abadi dan tidak pernah mati. Para malaikat menyadari bahwa mereka pun ditakdirkan untuk mati. Kata-kata mereka harus dipahami dan dicocokkan dengan riwayat-riwayat lain yang jelas dan tegas yang membuktikan bahwa surga dan neraka itu abadi. [5]
Referensi: Al-Asyqar, 'Umar Sulaiman (2001). Surga dan Neraka. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta
Sumber: Lampuislam.org
“Surga dan neraka telah diciptakan Allah. Keberadaan keduanya tidak akan pernah berakhir. Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan surga dan neraka sebelum menciptakan yang lain, dan Dia juga menciptakan penghuni untuk masing-masingnya. Siapa yang diinginkan-Nya, akan masuk ke dalam surga dengan ampunan dan pertolongan-Nya, dan siapa yang diinginkan-Nya, akan masuk ke dalam neraka sesuai dengan keadilan-Nya. Setiap orang akan berperilaku sesuai dengan ketentuan yang telah diciptakan untuknya; perbuatan baik dan perbuatan buruk telah ditakdirkan untuk semua orang.”
Muhammad ibn Muhammad ibn Abi al-‘Izz al-Hanafi, dalam komentarnya terhadap keterangan di atas, mengatakan:
Mengenai pernyataannya bahwa Allah telah menciptakan surga dan neraka, Ahlus sunnah sependapat bahwa surga dan neraka memang telah diciptakan dan sudah ada sekarang. Ahlu sunnah tetap mempertahankan pendapat ini sampai munculnya pendapat-pendapat aneh dari kaum Mu’tazilah dan Qadariyyah [1] yang membantah pendapat tersebut.
Sumber:Google.com |
Kedua kelompok ini mengatakan: Allah subhanahu wa ta’ala akan menciptakan surga dan neraka pada hari kiamat. Pendapat ini mereka dasarkan pada argumentasi yang keliru, dan berdasarkan argumentasi ini pula mereka mencoba menetapkan aturan-aturan tentang apa yang harus dilakukan Allah subhanahu wa ta’ala. Mereka seolah-olah ingin mengatakan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala seharusnya berbuat begini atau tidak seharusnya berbuat begitu. Mereka membanding-bandingkan Allah subhanahu wa ta’ala dengan ciptaan-ciptaan-Nya dan tindakan-tindakan mereka. Ini semacam antropomorfisme dalam hal perbuatan. Mereka menerima begitu saja pikiran-pikiran kaum Jahamiyah [2] dan menjadi kaum mu’attalah (orang-orang yang tidak percaya bahwa Allah subhanahu wa ta’ala dapat melihat, dan sebagainya). Menurut mereka, tidak masuk akal jika surga telah diciptakan sebelum hari pembalasan, karena itu berarti surga tidak dpakai atau ditempati untuk jangka waktu yang sangat lama. Mereka menolak ayat-ayat Al-Qu’an dan riwayat-riwayat yang bertentangan dengan pendapat mereka yang keliru itu mengenai Allah subhanahu wa ta’ala. Mereka menyalahtafsirkan ayat-ayat dan hadits-hadits, serta menuduh orang-orang yang berbeda pendapat dengan mereka sebagai sesat dan berbuat bid’ah.
Ath-Thahawi kemudian mengutip sejumlah ayat dan hadits yang mendukung pandangan bahwa surga dan neraka telah diciptakan. Misalnya:
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (Qs. Ali ‘Imran[3]: 133)
”Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang (telah) disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (Qs. Al-Hadid[57]: 21)
“Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang (telah) disediakan untuk orang-orang yang kafir.” (Qs. Ali ‘Imran[3]: 131)
“Sesungguhnya neraka jahanam itu (padanya) ada tempat pengintai, lagi menjadi tempat kembali bagi orang-orang yang melampaui batas.” (Qs. An-Naba’[78]: 21-22)
“Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, yaitu di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal.” (Qs. An-Najm[53]: 13-15)
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam pernah melihat Sidratul Muntaha (tempat yang paling tinggi di atas langit ke-7, yang telah dikunjungi Rasulullah ketika Mi’raj), dan di dekatnya terdapat surga, sebagaimana disebutkan oleh Bukhari dan Muslim dalam hadits yang diriwayatkan oleh Anas. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam, dalam akhir cerita beliau tentang Isra’ Mi’raj, bersabda, “Jibril mengantar aku ke Sidratul Muntaha, yang diliputi oleh warna-warna yang sulit dilukiskan keindahannya. Kemudian aku masuk ke dalam surga, yang cahayanya seperti cahaya mutiara dan tanahnya seperti kesturi.”
Dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim lainnya, yang diriwayatkan oleh ‘Abdullah ibn ‘Umar, Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Apabila salah seorang dari kamu meninggal, maka pada pagi dan sore hari akan diperlihatkan kepadanya dimana tempatnya. Jika dia berhak masuk surga, dia akan menjadi penghuni surga; jika dia harus masuk neraka, dia akan menjadi penghuni neraka, dan kepadanya dikatakan, ‘Disinilah tempatmu, sampai Allah subhanahu wa ta’ala membangkitkan kamu pada hari kiamat.”
Menurut sebuah hadits yang diriwayatkan oleh al-Bara’ ibn ‘Azib, Raslullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Dari langit akan terdengar sebuah suara memanggil, ‘Hamba-Ku telah berkata benar. Karenanya, siapkanlah untuknya sebuah tempat di surga, dan bukalah sebuah pintu surga untuknya!’ Kemudian ia akan mencium bau surga yang harum itu.” Sebuah hadits dengan maksud yang sama juga diriwayatkan oleh Anas.
Muslim meriwayatkan sebuah hadits yang berasal dari ‘Aisyah bahwa telah terjadi sebuah gerhana matahari pada zaman Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam. ‘Aisyah meriwayatkan bahwa Rasulullah shalallahu ‘alahi wassalam bersabda,
“Ketika aku berdiri disini, aku melihat semua yang telah dijanjikan kepadamu. Aku bahkan melihat diriku sendiri memetik beberapa buah di surga, ketika engkau melihat aku melangkah ke depan. Dan aku melihat api neraka, beberapa bagiannya memakan bagian-bagian yang lain, ketika enkau melihat aku melangkah ke belakang.”
Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari ‘Abdullah ibn ‘Abbas:
Terjadi gerhana matahari di zaman Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam. Para Sahabat berkata, “Ya Rasulullah, kami melihat engkau memetik sesuatu,kemudian kam melihat engkau berbalik.” Rasulullah berkata, “Aku melihat surga, dan aku mencoba memetik setangkai buahya. Seandainya aku berhasil memetiknya, kalian pasti akan (dapat) memakannya hingga akhir zaman. Dan aku melihat api neraka. Aku tidak pernah melihat sesuatu yang begitu mengerikan dan menakutkan. Aku lihat sebagian besar penduduknya adalah wanita.” Mereka berkata lagi, “Mengapa begitu ya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam?” Rasulullah berkata, “Karena mereka tidak bersyukur (kufur).” Rasulullah ditanya lagi, “Apakah mereka tidak bersyukur (tidak beriman) kepada Allah subhanahu wa ta’ala?” Rasulullah berkata, “Mereka tidak tahu bersyukur (berterima kasih) atas persahabatan dan perlakuan yang baik; seandainya kamu memperlakukan salah seorang dari mereka dengan baik selama hidup, kemudian ia melihat satu kesalahan di pihakmu, maka ia akan berkata, ‘Saya tidak pernah melihat sesuatu yang baik pada kamu!’”
Muslim meriwayatkan dari Anas bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Demi Yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya kamu melihat apa yang aku lihat, pasti kamu akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” Para Sahabat berkata, “Apa yang engkau liha, wahai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam?” Rasulullah menjawab, “Aku melihat surga dan neraka.”
Menurut al-Muwaththa’ (Imam Malik) dan as-Sunan (Abu Daud), Ka’ab ibn Malik berkata bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Sesungguhnya ruh seorang mukmin itu ibarat seekor burung yang bergantung di pohon-pohon surga, sampai Allah subhanahu wa ta’ala mengembalikannya ke tubuhnya pada hari kiamat nanti.” [3]
Berdasarkan dalil-dalil di atas, jelaslah bahwa ruh kita akan masuk surga sebelum hari kiamat.
Muslim, Abu Daud, dan Imam Ahmad meriwayatkandari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
“Ketika Alah subhanahu wa ta’ala menciptakan surga dan neraka, Dia mengutus Jibril ke surga seraya berkata, “Pergilah ke surga dan lihatlah apa yang telah Kami persiapkan di dalamnya untuk para penghuninya.” Pergilah Jibril ke surga dan melihat apa yang telah dipersiapkan Allah subhanahu wa ta’ala di dalamnya untuk para penduduknya. Kemudian Jibril kembali dan berkata, “Maha Besar Engkau! Tidak ada seorang pun yang mendengar tentang suga dan tidak memasukinya.” Allah lalu memerintahkan agar surga dikelilingi dengan segala macam kesukaran, kemudian ia berkata (kepada Jibril), “Kembalilah ke surga dan lihatlah apa yang telah Kami persiapkan di dalamnya untuk para penghuninya.” Kembalilah Jibril ke surga dan melihat bahwa surga telah dikelilingi oleh berbagai bentuk kesukaran. Kemudian Jibril kembali dan berkata, “Mahabesar Engkau! Aku khawatir tidak seorang pun akan memasukinya.”
Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala mengirim Jibril ke neraka, “Pergilah ke neraka dan lihatlah apa yang telah Kami persiapkan untuk penghuninya.” Pergilah Jibril ke neraka. Dia melihat bahwa neraka itu berlapis-lapis. Dia kembali dan berkata, “Maha Besar Engkau! Tidak ada seorang pun yang mendengar tentangnya yang akan memasukinya.” Allah lalu memerintahkan agar neraka dikelilingi dengan nafsu-nafsu, kemudian berkata (kepada Jibril), “Pergilah dan lihatlah apa yang Kami persiakan di dalamnya untuk para penghuninya.” Pergilah Jibril untuk melihatnya lagi, lalu dia kembali dan berkata, “Maha Besar Engkau! Aku khawatir tidak akan ada orang yang lolos dari api neraka.”
Banyak lagi riwayat-riwayat lainnya yang serupa yang terdapat dalam buku-buku hadits.
Namun, ada yang menyangkal bahwa surga dan neraka telah tercipta. Soal ini telah dibahas oleh penulis Syarh al-‘Aqidah ath-hahawiyah. Dia membantah argumentasi yang menyesatka dari orang-orang yang menyangkal bahwa neraka telah diciptakan:
Orang-orang yang menganggap neraka belum tercipta berdalih: Seandainya neraka telah tercipta sekarang ini, maka pada hari iamat nanti keberadaan neraka perlu diakhiri dan semua penduduknya harus dibinasakan, karena Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman, “Janganlah kamu sembah di samping (menyembah Allah), tuhan apa pun yang lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah.” (Qs. Al-Qashash [28]: 88). Juga, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.” (Qs. Ali ‘Imran[3]: 185).
Tirmidzi meriwayatkan dalam Jami’-nya bahwa ibn Mas’ud berkata, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Aku bertemu dengan Ibrahim pada malam Isra’, dan dia berkata kepadaku, ‘Wahai Muhammad, sampaikan salamku kepada umatmu, dan katakan kepada mereka bahwa surga itu tanahnya adalah kebajikan dan airnya manisan, dan bahwa surga itu adalah dataran yang kosong dan tumbuh-tumbuhannya terdiri atas Subhanallah, Alhamdulillah, La Ilaha Illallah, dan Allahu Akbar.’” [4] Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan-gharib. Ia juga meriwayatkan dari Abu az-Zubair, dari Jabir, dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Siapa yang mengatakan ‘subhanallah wa bi hamdih’, maka akan ditanamkan sebuah pohon kurma di surga untuknya.” Menurut Tirmidzi, hadits ini hasan-sahih.
Orang-orang yang menyangkal bahwa surga telah diciptakan berargumen lebih lanjut: Jika surga telah diciptakan dan telah selesai, maka surga tidak akan berbentuk dataran kosong, dan tidak masuk akal adanya penanaman pohon kurma itu, atau permohonan istri Fir’aun kepada Allah subhanahu wa ta’ala, “Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di surga.” (Qs. At-Tahrim[66]: 11)
Jawaban terhadap argumen ini adalah: Jika yang anda maksudkan adalah surga tidak diciptakan sebelum ditiupnya sangkakala pada hari kiamat nani, maka jelas ini tidak benar dan terbantah oleh dalil-dalil yang dikemukakn di atas serta bukti-bukti lain yang tidak disebutkan disini. Tetapi, jika yang anda maksudkan adalah Allah subhanahu wa ta’ala belum selesai menciptakan segala sesuatu yang dipersiapkan-Nya untuk para penghuni surga, dan bahwa Dia masih terus menciptakan benda-benda di dalamnya, dan bahwa pada waktu orang-orang beriman masuk ke dalam surga maka Allah subhanahu wa ta’ala akan menciptakan lebih banyak lagi benda-benda di dalamnya, maka hal ini adalah benar dan tidak dapat disangkal, dan bukti-bukti yang dapat anda ajukan tidak bisa lain artinya dari ini. Tetapi, jika anda menggunakan ayat, “Janganlah kamu sembah di samping (menyembah Allah), tuhan apapun yang lain. Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Segala sesuatu pasti binasa, kecuali Allah,” sebagai bukti, maka masalahnya adalah anda telah menyalahtafsirkan ayat ini. Bila anda menggunakan ayat ini untuk membuktikan bahwa surga dan neraka belum ada, maka anda sama saja dengan kolega-kolega anda yang menggunakannya untuk membuktikan bahwa surga dan neraka akan dimusnahkan bersama semua penghuninya! Anda dan kolega-kolega anda belum memahami ayat ini secara semestinya; hanya para ulama besar Islam yang telah memahaminya sebagaimana mestinya. Para ulama mengatakan bahwa “segala sesuatu” yang telah ditentukan Allah subhanahu wa ta’ala kehancurannya “pasti binasa”, tetapi surga dan neraka telah diciptakan untuk selama-lamanya, dan tidak akan pernah berakhir keberadaannya, sebagaimana halnya dengan Sidratul Muntaha yang merupakan atap surga.
Ada pendapat bahwa ayat tersebut berarti segala sesuatu akan binasa kecuali kekuasaan-Nya.
Sumber: Lampuislam.org