Wednesday, November 30, 2016

Ada Manusia Kebal Api Selain Nabi Ibrahim as

Bukan main manusia yang satu ini. Karena kesungguhan hatinya untuk mengikuti dakwah Rasulullah SAW, beliau memberanikan diri untuk menjadi mualaf.

Tentu saja hal tersebut membuat anggota keluarga dan masyarakat sekitarnya menjadi marah karena pada saat itu, orang yang menganut islam masihlah sangat sedikit.

Akhirnya beliau mendapatkan siksaan dari kaum kafir Quraisy. Namun beliau tetap memegang teguh keimanannya kepada Allah SWT sehingga beliau mendapatkan karomah.

Ketika hukuman dilaksanakan dengan memasukkan tubuh mualaf ini, semua orang melongo seakan tak percaya. Mereka berguman bukankah hanya Nabi Ibrahim as yang diberikan mukjizat seperti itu.

Kisah ini diceritakan oleh Ibnu Wahab dari Ibnu Lahi'ah dalam kitab Al Shahabat.

Adalah Dzu'aib bin Kilab yang mendapatkan karomah hebat tersebut.

Meskipun digertak oleh pemimpin Quraisy agar meninggalkan Islam, namun beliau menolaknya mentah-mentah.


"Apakah kamu tidak takut kalau tubuhmu dilempar ke bara api itu?" gertak pemimpin Quraisy.

Namun dengan keberanian yang sangat luar biasa, Dzu'aib justru tersenyum dan meminta izin untuk berdoa terlebih dahulu kepada Allah SWT.




Dialog tawar menawar tersebut akhirnya menjadi buntu, dan akhirnya tubuh Dzu'aib dilempar ke bara api yang menyala.

Namun apa yang terjadi....

Semua mata terbelalak seperti layaknya Nabi Ibrahim as, tubuh Dzu'aib kebal terhadap api. Seolah dingin saja di tengah kobaran api. Tubuhnya tak terbakar sedikit pun.

Subhanallah....
Share:

Wednesday, November 2, 2016

Kisah 2 Orang Sahabat Anshar dan Muhajirin

Kisah 2 Orang Sahabat Anshar dan Muhajirin ~ Setibanya Nabi SAW dari suatu peperangan, beliau bangun mendirikan shalat malam. Beliau bersabda, "Siapakah yang siap menjadi penjaga pada malam ini ?" Maka, Ammar bin Yasir ra dari Muhajirin dan Abbad bin Bashar dari Anshar berkata, "Kami siap berjaga malam." Nabi saw memerintahkan mereka agar berjaga-jaga di sebuah bukit yang terdapat jalan bagi musuh untuk menyerang. 


Keduanya pergi ke bukit tersebut. Sesampainya disana, pemuda Anshar itu berkata kepada saudaranya dari Muhajirin, "Mari kita bagi malam ini menjadi dua bagian, bagian malam pertama, aku yang berjaga dan kamu beristirahat. Dan bagian kedua, kamu yang berjaga dan saya yang beristirahat.

Maka, malam ini dapat dijaga bergantian. Jika terasa ada musuh yang datang, kita berdua berjaga, bisa-bisa kita berdua mengantuk." Maka, pemuda Anshar mendapatkan jaga bagian pertama, dan pemuda Muhajirin tidur. Sambil bertugas, Abbad mendirikan Shalat. Ternyata, seorang musuh mengintainya. Kemudian, dari jarak jauh ia membidikkan anak panahnya ke arah Abbad.

Tetapi, ia masih berdiri tegak, tidak bergoyang sedikit pun. Melihat hal ini, musuh pun melepaskan lagi anak panahnya, tetapi ia tetap berdiri tegak.

Musuh kembali melepaskan anak panahnya yang ketiga. Ketiga-tiganya menancap di badan Abbad. Kemudian Abbad mencabut ketiga anak panah itu dengan tangannya. Setelah tercabut, ia meneruskan shalat, ruku, dan sujud dengan tenangnya. Selesai Shalat, Abbad membangunkan kawannya.

Seketika, musuh segera melarikan diri dan ia tahu berapa banyak lagi tentara Islam di situ. Ketika Ammar bangun, dilihatnya badan Abbad penuh darah, dengan bekas tiga anak panah tertancap di tubuhnya. Ammar berkata kepada Abbad, "Subhanallah, kenapa engkau tidak membangunkanku dari tadi?" Jawab Abbad, "Ketika aku Shalat tadi, aku mulai membaca Surah Al-Kahfi, dan hatiku enggan untuk ruku sebelum menyelesaikan surah ini. Tetapi, aku pun memperkirakan bahwa jika aku dipanah terus-menerus, aku bisa mati, dan tugas dari Rasulullah saw untuk menjaga beliau tidak dapat ditunaikan.

Saya mengkhawatirkan keselamatan Nabi saw. Jika tidak, aku akan menyelesaikan bacaan surah itu sebelum ruku, walaupun aku terpaksa harus mati dipanah musuh."
Hikmah :
Shalat merupakan interaksi antara seorang Muslim dengan Allah SWT. Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah setiap Muslim berinteraksi dengan Allah SWT dilakukan dengan khusyuk, karena shalat sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang dalam kehidupan sehari-hari.
Sumber : Maulana Muhammad Zakariyya, Fadhilah Amal
 
Share: