Tuesday, February 28, 2017

Sesuap Makanan Haram

Dunia Nabi ~ Abu Bakar ra memiliki seorang budak yang selalu memberikan sebagian pendapatannya kepada beliau. Suatu hari, ia menghidangkan sedikit makanan kepada Abu Bakar ra. Lalu beliau mencicipi sedikit makanan itu. Budaknya berkata, "Tuan, biasanya tuan selalu bertanya kepadaku, dari manakah penghasilanmu ini ? Namun pada hari ini, Tuan tidak menanyakannya." 


Jawab Abu Bakar ra, "Itu karena saya merasa sangat lapar, sehingga lupa menanyakannya. Sekarang jelaskanlah tentang makanan ini. "

Budaknya menjawab, "Ketika Jahiliyah dulu, saya bertemu dengan suatu kaum dan memberi mereka mantera. Mereka berjanji kepadaku akan memberi imbalan atas jasaku. Dan pada hari ini, saya melewati perkampungan mereka. Kebetulah mereka sedang melangsungkan pernikahan, jadi mereka memberikan makanan ini kepadaku."

Abu Bakar ra langsung berteriak," Kamu nyaris membinasakanku!" Kemudian beliau berusaha memuntahkan makanan yang ditelannya itu dengan memasukkan jarinya ke dalam tenggorokan.

Tetapi karena lapar yang di derita, makanan itu sulit dikeluarkan. Lalu ada seseorang yang memberitahu bahwa ia dapat muntah jika minum air sebanyak-banyaknya. Maka beliau minta dibawakan segelas besar air minum. Beliau langsung meminumnya. Ternyata dengan cara itu, ia dapat muntah.

Seseorang berkata kepada beliau, "Semoga Allah merahmati Tuan. Tuan telah bersusah payah mengeluarkan isi perut Tuan, hanya karena sesuap makanan."

Jawab Abu Bakar ra, "Walaupun saya harus kehilangan nyawa untuk mengeluarkan makanan itu, pasti akan tetap kukeluarkan.

Saya mendengar Sabda Nabi SAW, Badan yang tumbuh dengan makanan haram, maka api neraka adalah pantas untuknya. Saya khawatir jika dalam badanku ini tumbuh dari makanan ini."
Hikmah :
Islam memberikan petunjuk kepada umatnya tentang adab makan dan minum dalam kehidupan sehari-hari. Di antara adab makanan tersebut adalah berupaya mengonsumsi makanan yang halal dan baik, karena makanan yang dikonsumsi bisa memberikan pengaruh yang besar kepada orang yang mengonsumsinya. Sebagai contoh, perhatikan kisah Abu Bakar ra.
Sumber : dikutip dari Fadhilah Amal
 
Share:

Sunday, February 26, 2017

Masya Allah, Ternyata Muhammad Rasulullah itu Gondrong dan Super Ganteng



– Wahai orang orang yang beragama Islam dan beriman, siapa yang tak rindu akan sosok Nabi Muhammad SAW, siapa yang tak berbinar binar bila melihat sosok tersebut.

Indahnya dan nikmatnya bila berjumpa beliau SAW walaupun hanya sekedar bermimpi saat di dunia ini. Dan alangkah bahagianya bila kita yang beriman ini dijinkan Allah untuk bersama Rasul Mulia ini, duduk bersama dan berbicara dengan sosok mulia nan agung ini di surga kelak…

Sebelum bertemu beliau dalam mimpi dunia dan di Surga kelak InsyaAllah, ada perlunya, mengenal wajah dan kegantengan beliau melalui beberapa hadis hadis yang terjaga keshahihannya dibawah ini, agar menambah rasa rindu kita kepada Muhammad bin Abdullah, Rasulullah dan Nabi umat akhir zaman ini…

Dalam Hadis riwayat Al Bukhari menceritakan , Ahmad bin Said Abu Abdillah, menceritakan kepada kami, Ishaq bin Mashur menceritakan kepada kami dari ayahnya, dari Abu Ishaq, dia berkata : Aku mendengar Al Barra bin Azib berkata, Nabi SAW adalah orang yang paling tampan wajahnya, dan paling bagus fisiknya, tidak terlalu tinggi dan tidak pendek.” (HR Bukhari no 3549)

Dalam riwayat hadis Bukhari no 3551, dituliskan : “Nabi SAW adalah orang yang berperawakan sedang, kedua bahunya bidang, dan rambutnya menyentuh kedua daun telinganya. Aku pernah melihat beliau mengenakan jubah merah, tidak pernah kulihat orang lebih tampan darinya.”

Hadis riwayat Ahmad (Musnad Ahmad 4/290, 300 ) pun menukilkan hal yang hampir sama dengan tambahan sebagai berikut : “Aku tidak pernah melihat orang yang memiliki jalinan rambut dan memakai jubah merah yang lebih indah dari rasulullah SAW, rambutnya menyentuh kedua bahunya. Kedua bahunya bidang, beliau tidak tinggi dan tidak pendek.”

Al Bukhari mencatat dalam riwayatnya no 3552 : “Apakah wajah Rasulullah SAW seperti pedang?” , Al Barra menjawab, “Tidak, tapi seperti rembulan.”

Ahmad dalam musnadnya mencatat, Jabir bin Samurah berkata;” Rambut depan Nabi SAW dan janggutnya beruban. Apabila beliau meminyaki rambutnya dan menyisirnya, maka uban tersebut tidak terlihat, tapi bila rambutnya berdebu, uban tersebut terlihat. Rambut dan janggutnya lebat.”

Dalam hadis riwayat Al Baihaqi , menceritakan Abu Ishaq berkata : Kutanyakan kepadanya, “Bagaimana perumpamaan wajah beliau SAW? Perempuan tersebut menjawab, “Seperti bulan purnama, aku belum pernah melihat orang yang seperti beliau, baik sebelum maupun sesudahnya.”

Dalam riwayat lain, dari jalur Ya’qub bin Sufyan “ dari Usamah bin Zaid menceritakan : “ Wahai Puteraku, kalau engkau melihatnya , maka engkau akan melihat seperti matahari terbit.”

Wahai Rasulullah…masyaAllah …semoga kami semua yang beriman dan bertauhid kepada Allah SWT, dan menjaga tauhid tersebut di dada dada kami hingga akhir nafas ditubuh ini agar dapat mendapatkan ganjaran Allah SWT untuk diijinkan bersamamu dan mengenalmu di Surga kelak…Aaamiin.

Dinukil dari Al Bidayah wa an Nihayah – Ibnu Katsir (Dz)/eramuslim.com
Share:

Saturday, February 25, 2017

Kisah Nabi Khidr alaihi salam Menjadi Budak


Suatu ketika Nabi Khidr AS berjalan di pasar dan bertemu dengan seorang budak mukatab. Melihat penampilannya yang saleh, walau tidak mengenalnya sebagai Nabi Khidr, budak itu berkata, “Bersedekahlah padaku, semoga Allah memberkahi engkau!!”

Tanpa memperkenalkan diri atau membuka identitas dirinya, Nabi Khidr berkata, “Aku percaya bahwa apa yang dikehendaki Allah pasti akan terjadi, tetapi aku tidak memiliki sesuatu apapun yang bisa kuberikan kepadamu!!”

Sang budak berkata, “Aku meminta kepadamu bi-wajhillah, bersedekalah kepadaku, karena aku melihat wajahmu sebagai orang yang baik (saleh), karena itu aku mengharap berkah darimu!!”

Beliau berkata, “Aku beriman kepada Allah, tetapi aku tidak memiliki sesuatu yang bisa kuberikan kepadamu, kecuali jika engkau ingin menjual diriku sebagai budak!!”

Budak itu terpana memandang Nabi Khidr seolah tidak percaya, dirinya sendiri sebagai budak, bagaimana mungkin bisa menjual orang merdeka sebagai budak? Kemudian ia berkata, “Apakah hal itu boleh dilakukan??”

Beliau berkata, “Engkau telah meminta kepadaku dengan atas nama Allah Yang Maha Agung, dan aku tidak bisa mengecewakan engkau demi Wajah Tuhanku. Juallah aku, dan pergunakanlah hasilnya untuk memenuhi kebutuhanmu!!”

Budak tersebut adalah budak mukatab, atau disebut juga budak kitabah, yakni yang dijanjikan oleh tuannya untuk dimerdekakan jika bisa membayar harganya walau dengan mengangsur. Ia juga tidak dibebani pekerjaan tuannya, dan bebas berusaha untuk memperoleh uang penebusan dirinya.

Mendengar penuturan Nabi Khidr tersebut sang budak sangat gembira. Ia segera membawa beliau ke tempat penjualan budak, dan terjual seharga empatratus dirham, cukup untuk membayar pembebasan dirinya. Tinggallah Nabi Khidr bersama ‘tuannya’ yang membelinya, tetapi selama beberapa hari lamanya beliau tidak diperintahkan apa-apa. Tampaknya orang yang membeli beliau itu orang yang baik, ia tidak tega ‘membebani’ beliau dengan pekerjaan karena beliau kelihatan sangat lemah dan berusai sangat tua.

Nabi Khidr merasa tidak enak karena orang itu telah membayar mahal tetapi tidak memperoleh manfaat apa-apa dari dirinya. Suatu ketika tuannya itu akan pergi untuk suatu keperluan, beliau berkata, “Anda telah membeli diriku sebagai budak, maka perintahkanlah pada diriku untuk mengerjakan sesuatu!!”

Orang itu, yang juga tidak mengetahui kalau budak yang dibelinya adalah Nabi Khidr, berkata, “Aku khawatir akan memberatkan dirimu, engkau tampak telah sangat tua dan lemah!!”

Beliau berkata, “Tidak ada sesuatu yang memberatkan diriku!!”

“Baiklah kalau engkau memaksa, “Kata orang itu, “Pindahkanlah batu-batu di halaman ini ke belakang!!”

Di halaman rumah orang itu memang banyak berserak batu-batu yang cukup besar, yang membutuhkan beberapa hari untuk dipindahkan ke belakang rumahnya. Jika dipindahkan dalam satu hari, membutuhkan setidaknya enam orang yang cukup kuat dan kekar. Belum setengah hari, orang itu telah kembali ke rumah dan batu-batu itu telah dipindahkan semuanya ke belakang. Orang itu berkata kepada Nabi Khidr, “Baik sekali pekerjaanmu, sungguh engkau mempunyai kekuatan yang tidak kusangka-sangka!!”

Suatu ketika orang itu memanggil Nabi Khidr dan berkata, “Aku akan pergi beberapa hari lamanya, jagalah keluargaku dengan baik!!”

Beliau berkata, “Baiklah, tetapi perintahkanlah pula aku mengerjakan sesuatu!!”

Orang itu berkata, “Aku khawatir akan memberatkan dirimu!!”

Beliau berkata lagi, “Tidak ada sesuatu yang akan memberatkan diriku!!”

Orang itu terdiam sejenak, ia sungguh tidak tega memberi beban pekerjaan kepada orang yang telah tampak sangat tua tersebut, tetapi karena memaksa, ia berkata, “Jika demikian, buatlah batu bata, aku akan membuat rumah setelah pulang dari perjalanan ini!!”

Tentu saja pekerjaan yang amat mudah bagi Nabi Khidr, bahkan lebih dari itupun beliau bisa melakukannya, karena beliau memang dikarunia Allah berbagai macam karamah. Beberapa hari berlalu, orang itu pulang kembali tetapi ia tidak menemukan tumpukan batu bata, sebaliknya ia melihat suatu rumah cukup megah, sesuai dengan yang direncanakannya, pada tempat yang disiapkannya. Ia tidak mengerti, padahal ia tidak pernah menceritakan gambaran rumah yang ingin dibangunnya kepada siapapun.

Orang itu segera menemui Nabi Khidr di tempatnya, dan berkata, “Aku akan bertanya kepadamu bi-wajhillah, siapakah sebenarnya engkau ini!!”

Nabi Khidr berkata, “Engkau telah bertanya kepadaku dengan kata bi-wajhillah, dan kata bi-wajhillah itulah yang menjadikan aku sebagai budak. Aku sesungguhnya Khidr yang namanya telah sering engkau dengar ……!!”

Kemudian Nabi Khidr menceritakan peristiwa yang beliau alami sehingga menjadi budak, dan beliau menutup ceritanya dengan berkata, “Barang siapa yang diminta dengan perkataan bi-wajhillah, lalu menolak permintaan orang itu padahal ia mampu memberi, maka pada hari kiamat ia akan datang dengan jasad tanpa daging, dan nafasnya akan terengah-engah tanpa henti!!”

Perasaan orang itu bercampur baur antara senang, takut, haru, khawatir, dan berbagai perasaan lainnya. Siapakah orang saleh di masa itu yang tidak ingin bertemu dengan Nabi Khidr? Siapapun pasti menginginkannya, dan tanpa menyadarinya ia telah tinggal bersama beliau selama berhari-hari. Ia berkata, “Aku beriman kepada Allah, dan aku telah menyusahkan dirimu, wahai Nabiyallah, andaikata aku tahu tidak perlu terjadi peristiwa seperti ini!!”

Nabi Khidr berkata, “Tidak mengapa, engkau adalah orang yang baik!!”

Orang itu berkata, “Wahai Nabiyallah, silahkanlah engkau mengatur rumah dan keluargaku sesuka engkau, atau bila ingin bebas dari perbudakan ini, aku akan memerdekakan!!”

Nabi Khidr berkata, “Aku ingin engkau memerdekakan aku, agar aku bisa bebas beribadah kepada Allah!!”









Maka orang itu memerdekakan beliau tanpa syarat apapun, dan Nabi Khidr berkata, “Maha Terpuji Engkau, ya Allah, yang telah mengikat aku dalam perbudakan, kemudian menyelamatkan aku darinya. Ya Allah, semoga Engkau menjadikan kami sebagai orang-orang yang berakhlak baik dan membantu saudara-saudara kami lainnya mencapai surga.”
Share:

Thursday, February 23, 2017

Menikah Itu Tak Perlu Megah dan Habiskan Banyak Duit, Yang Penting Sah .. InI Penjelasannya .. Yang Setuju Bantu Share Yaa ..

Tak Dapat dipungkiri, pernikahan adalah momen penting yang penuh kesakralan. Saat-saat yang pasti jadi tempat berkumpulnya kebahagian, baik itu untuk kedua mempelai, orang tua, handai taulan sampai teman-teman. Tapi sayang momen ini sering kali jadi ajang menghambur-hamburkan uang. 



Kebanyakan dari kalian berusaha sekali menggelar acara pernikahan mewah, yang katanya juga ini wujud dari gengsi yang dipunya.

Semakin mewah acara, penilaian baik tentang keluarga kalian pun semakin kuat. Tapi apakah benar esensi nikah itu dilihat dari mewahnya? Bukankah yang paling penting itu sahnya saja. Menggelar acara mewah memang hak kalian semua, tapi sebelum benar-benar terlaksana. Yuk ketahui dulu alasan nikah dengan modal sah tanpa acara terlalu mewah itu sebenarnya sudah cukup. Coba dipikirakan baik-baik ya!

Kawin mewah hanya membuat pusing tujuh keliling berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun nutup setoran

Ngurusin sewa gedung lah, ketemu vendor catering lah, fitting baju pengantin lah, sampai urusan nyari-nyari undangan dan suvenir, semua itu bukan hal yang bisa diselesaikan dalam waktu satu bulan. Apalagi kalau kamu ingin acara yang mewah nan sempurna. Nggak heran kalau akhirnya kalian sebagai mempelai merasakan pusing berbulan-bulan memikirkan ini itu.

Kepusingan juga tak lantas berhenti ketika acara pernikahan usai. Kalian nggak bisa memungkiri, jika setelah kemewahan di hari itu kamu dan dia dihadapkan dengan krisis keuangan atau biasa dibilang bangkrut. Sebab kenyataannya, pesta yang mewah harus dibayar juga dengan hutang yang menumpuk di akhir acara. Sampai detik ini, masih yakin mau bikin acara mewah dengan kondisi keuangan yang pas-pasan? Pikirkan lagi sebelum pusing merajai kepalamu.

Perkawinan itu momen sakral yang kadar khidmatnya bukan ditentukan seberapa banyak tamu yang datang

Urusan mengundang memang hak kamu, dia dan seluruh keluarga besar yang punya hajat. Tapi apa iya, diharuskan sekali mengundang tamu banyak hingga ratusan. Bukankah kekhidmatan pernikahan kalian benar terasa ketika yang hadir itu hanya orang-orang terdekat saja. Hangatnya momen sakral tak tergantung dengan seberapa banyak tamu undangan.

Bandingkan jika yang datang hanya keluarga kalian masing-masing beserta beberapa kerabat saja. Bukan cuma pengeluaran yang lebih hemat, tapi membangun chemistry dua keluarga pun jadi lebih efektif lagi. Berbeda ketika tamu yang datang ke acaramu hampir setiap orang yang kamu kenal, kadang para tamu malah nggak saling kenal dan ngebikin kikuk.

Resepsi sederhana tidak membuatmu menunda ibadah dengan alasan belum cukup modal

Daripada setipa kali ditanya kapan nikah, jawaban kamu terlalu klise berkaitan dengan keuangan. Kenapa nggak nikah yang sederhana aja? kan nikah itu persoalan sah, yang kalaupun perlu selamatan cukup yang sesuai dengan kemampuan finansial sekarang. Kalaupun bersikeras ingin menggelar acara nikahan yang mewah, harus tunggu berapa tahun untuk melakukan ibadah yang seharusnya sederhana?!

Ketimbang nikah mewah tapi menyusahkan orangtua, lebih baik sederhana bukti kemandirianmu

Punya orang tua yang berkecukupan memang bisa diandalkan untuk wujudkan cita-citamu menggelar pernikahan mewah. Toh meminta bantuan hal yang mudah. Namun semudah itu pula kemandirianmu dipertanyakan. Berbeda ketika kamu metuskan untuk menikah dengan sederhana, tapi semua modal murni dari usaha kalian berdua saja. Bukankah itu lebih membanggakan dan tak merepotkan orang tua?

Toh mewah tidaknya pesta pernikahan, bukan patokan rumah tanggamu langgeng selamanya

Nikah di harapan semua orang pastinya sekali seumur hidup. Makanya dari sana juga lahir sebuah anggapan, kamu dan dia harus bisa merasakan jadi ratu dan raja dalam semalam. Nikahan kalian harus digelar dengan mewahnya. Padahal kemewahan sendiri belum tentu jadi patokan kelanggengan kehidupan rumah tangga kalian. Percuma juga jadinya, kalau nikahannya sudah mewah tapi ujung-ujungannya malah berpisah.

Jika pernikahanmu bertujuan ibadah, mengapa harus gelar pesta megah yang justru cenderung riya'?

Semua orang juga pasti sudah paham, jika nikah itu bagian dari ibadah. Lalu bukankah dalam beribadah itu dilarang ria karena terlihat berfoya-foya?! Coba kamu renungkan lagi, tujuan nikahmu itu benar untuk ibadah dan berbagi kebahagian, atau ada niatan untuk umbar gengsi yang berujung riya. Jangan sampai ibadahmu ini mubazir cuma karena niat yang keluar dari jalurnya.
 
Kawinan mewah perlu budget berpuluh juta, padahal kalau modal sah uangmu masih bisa ditabung buat kehidupan rumah tangga

Sewa gedung bisa sampai 10 juta, baju pengantin dengan segala riasannya paling murah sekitar 5 jutaan, belum lagi catering yang mungkin diatas 10 jutaan, pokoknya semua perlengkapan nikah memang memerlukan budget berjuta-juta.

Padahal gaji kamu dan dia sebagai pekerja dalam sebulan tak sampai dari angka 4 misalnya. Mau sampai kapan nabung demi pernikahan mewah? Mau dibuang percuma juga kah tabungan yang sudah terkumpul hanya dalam waktu sehari semalam?

Padahal modal kehidupan rumah tangga setelah pernikahan itu justru jauh lebih besar dari bayangan kalian. Jadi, kalau modal sah justru bisa memberi jaminan atau pegangan secara finansial kepada kamu dan dia, kenapa harus bersikukuh untuk nikah mewah?

Semua memang kembali ke diri masing-masing, atau bisa juga kembali kekeluarga besar kalian. Tapi setidaknya sebelum melangsungkan momen sakral ini, kamu dan dia bisa merundingkan bagaimana baiknya.


*** SEMOGA BERMANFAAT ***





Sumber  : hipwee
Share:

Bun & Sis !!! INFOKAN InI Ke SUAMI .. " Bahagikanlah Hati Istrimu,, Maka Rejeki Akan Mengejarmu .. Bantu Share Ya Biar Banyak Yang Bahagia :)

Siapa yang tidak ingin mendapatkan rejeki yang berlimpah khususnya dalam kehidupan rumah tangga? Rezeki yang paling baik yaitu yang diberkahi oleh Allah. Tuturnya, dengan membahagiakan istri jadi bisa membuka pintu rejeki jadi lebih lebar dari biasanya. Benarkah sekian?  
 


Apakah jalinan pada rezeki yang lancar dengan istri yang bahagia? Dikutip Radarislam. com dari laman Tribunnews. com (15/7/15), simak penjelasan berikut ini ;

Perasaan bahagia seorang istri dapat dirasa oleh anggota keluarga yang lain. Bila istri merasakan kebahagiaan, jadi seluruh anggota keluarga akan bahagia. Bila istri dapat hidup dengan positif, jadi semua anggota keluarganya juga bisa hidup dengan positif.

Istri yang bahagia dan merasa bersyukur akan menarik perihal yang positif dalam keluarga karena Allah akan memberi lebih banyak rezeki untuk mereka yang senantiasa bersyukur.

Istri yang merasa bahagia dapat menjadi partner yang baik untuk suaminya mencari rejeki maupun jadi tempat kembali yang menenangkan setelah sang suami mencari rejeki. Hasilnya, suami akan merasakan semangat mencari rezeki pada hari esok.

Istri yang merasakan kebahagiaan akan selalu mendukung sang suami dalam keadaan apapun serta bagaimana juga sehingga sang suami tidak akan pernah kehilangan dukungan walau dalam kondisi yang paling susah sekalipun. Jadi suami dapat memiliki semangat untuk selalu bangkit lagi setiap menghadapi kesulitan.

Istri yang bahagia dapat diandalkan untuk mendidik anak-anaknya jadi anak yang bahagia serta berguna. Rezeki dapat datang dari manapun termasuk dari anak. Rezeki bukan hanya berupa duit tetapi juga berupa anak-anak sholeh yang menemui orangtuanya dalam wajah yang bahagia setiap hari.

Itulah beberapa alasan mengapa sang istri yang bahagia dapat memperlancar rezeki suami. Kebahagiaan sang istri dapat menular pada suaminya dan anggota keluarga yang lain hingga suami memiliki daya yang lebih positif untuk bekerja mencari rezeki.

Share:

Wednesday, February 22, 2017

Share InI Ke Pasanganmu !! Kamu yang Nantinya Jadi Masa Depanku, Maukah Menerima dan Memaafkan Masa Laluku, Seburuk Apapun Itu?

Ini bukan sebuah pengakuan dosa atau penyesalan. Aku menulis ini sebagai upaya mengais ketulusanmu agar kelak tak perlu ada kekecewaan. Sadar dengan segala kekurangan, aku terlalu khawatir jika kamu menyimpan masa laluku sebagai beban di pikiran. Padahal harapanku tak jauh berbeda dengan kutipan di atas, aku ingin masa depanlah yang bertahta di sana dan perihal masa lalu cukup kau biarkan tuntas.



" Masa lalu adalah urusan perasaan. Masa depan itulah baru urusan pemikiran. "

Karena setiap orang pasti pernah khilaf. Maukah kamu dengan tulus memberi maaf?

Di masa lalu, kebebasan mutlak yang aku pilih untuk diriku sendiri, membuatku kadang tak mengingat norma lagi. Bisa saja aku dulu seorang gadis urakan yang melakukan banyak hal di luar batas kewajaran. Bagaimana kalau aku dulu pernah mencuri hanya untuk sekedar menyenangkan diri? atau bagaimana kalau aku perempuan yang tak virgin lagi?

Bagaimana pun masa laluku, percaya lah segala keburukan itu sudah jauh aku tinggal di belakang. Aku yang sekarang bukan lagi aku yang dulu. Karena itu, aku memberanikan diri untuk memintamu bukan sekedar menerima tapi juga memaafkannya. Mungkin sulit, tapi bisakah kamu mengusahakannya.

Mungkin kamu sempat kecewa. Tapi kumohon jangan biarkan dirimu terus larut dan membiarkan masa laluku mewabah di kepala.


Kamu selalu punya impian, jika pasanganmu kelak seorang perempuan cerdas yang memiliki reputasi baik dalam segala hal. Namun sayangnya, kamu justru mendapatkan seseorang yang punya cacat dihidupnya. Kecewa? aku rasa itu sudah pasti. Tapi sekali lagi, aku memohon jangan biarkan dirimu terus larut dalam kekecewaan. Jangan biarkan masa laluku mewabah dikepalamu, sampai akhirnya kamu tak sanggup memikirkan masa depanku.

" Sebelum kamu benar-benar menyerah, dan masa depan yang sudah di ujung mata kalah. Aku akan selalu berusaha membuatmu berlapang dada, meski harus kembali kuceritakan semua kepahitan yang ada. "

Sebagai pertimbanganmu. Izinkan aku bercerita perjuanganku untuk memperbaiki diri sebelum akhinya kita bertemu.

Bukan cuma kamu yang selalu memiliki impian pasangan yang hampir terlihat sempurna. Asal kamu tahu mimpiku pun demikian. Seperti yang dijanjikan oleh Tuhan,

" Wanita yang baik adalah untuk lelaki yang baik. Lelaki yang baik untuk wanita yang baik pula (begitu pula sebaliknya) "

Mengingat-ingat janji itu, maka aku putuskan untuk berjuang mati-matian memperbaiki dan memantaskan diri. Jatuh bangun aku rasakan. Berkali-kali harus terjebak pada nilai-nilai sosial yang seenaknya menghakimi pikiran. Sering juga aku tenggelam pada penyelasan. Bahkan aku sempat kehilangan rasa percaya diri hingga merasa tak layak untuk siapa pun. Tapi untuk kesekian kalinya aku tegaskan lagi, akhirnya aku berhasil menjadi lebih baik dan setidaknya bisa kamu banggakan.

" Anggap saja aku pernah mati di masa lalu, kemudian di masa depan berengkarnasi menjadi pribadi yang baru. "

Kalau kamu belum bisa menerima masa laluku dengan kelegaan. Kamu perlu tahu, waktu yang aku butuhkan untuk berdamai dengannya tak cukup sebulan atau dua bulan.

Sulit memang, menerima kenyataan yang tak sejalan dengan harapan. Bahkan kamu bisa bilang, butuh waktu yang panjang untuk mengusahakan dirimu berdamai dengan masa laluku. Tenang aku cukup sadar diri, karena dulu pun tak hanya sebulan dua bulan aku melakukannya. Kelegaan butuh proses yang panjang. Dulu setiap hari aku selalu menelan kepahitan, jika mengingat-ingat kembali semua kesalahan. Setiap hari aku juga selalu meyakinkan diri, kelak akan ada pria baik hati yang bersedia menerimaku dengan segala cerita yang tersembunyi di masa lalunya. Dan setiap hari aku selalu berdoa jika pria itu adalah kamu, meski kita belum pernah berjumpa.

" Ya, semoga memang pria itu adalah kamu. "

Dan asal kamu tahu, impianku hanya satu. Seburuk-buruknya masa laluku, mau kah kamu menjadi seindah-indahnya masa depanku?

Terlepas dari semua tentang masa lalu yang tak menyenangkan untuk terus diungkit. Ada masa depan di dalam kepala kamu dan aku yang selalu berusaha bangkit. Masa depan yang selalu memiliki harapan bisa dilukis seindah-indahnya.

Bayangkan saja kelak kita sukses bersama, memiliki keluarga kecil yang berbahagia, dan akhirnya menua dengan masa depan yang sudah terencana. Apaakah itu tidak cukup menutupi banyangan masa laluku yang tak menyenangkan? Apakah masih perlu masa lalu menjadi beban di pikiran, kalau masa depan lebih menggiurkan?

" Karena itu, aku tak akan berhenti mengajukan permohonan ini, bisakah kamu menerima dan memaafkan semua kesalahan di masa laluku dengan kelegaan hati? "


*** SEMOGA BERMANFAAT ***





Sumber  : hipwee
Share:

Share InI Untuk Kalian Yang Ingin Berkomitmen !!! Ingat, Menikah Itu Bukan Cuma Sekadar Mengejar "Status"

Ketika teman-teman seumuran sudah menikah dan disibukkan mengurus keluarga, terkadang menimbulkan tekanan tersendiri bagi si lajang. Tapi ingat, menikah bukan sekadar mengejar status punya teman hidup.

Jika sekadar mengejar status punya teman hidup, maka orang akan asal menikah saja tanpa pertimbangan. Padahal pernikahan harus diikuti sederet tanggung jawab. Bayangkan jika tanggung jawab itu harus diemban seumur hidup dengan orang yang sekenanya saja kita jadikan teman hidup, tanpa pertimbangan.



"Sebaiknya jangan karena kepepet lalu menikah dengan siapa saja yang mau. Menikah itu untuk seumur hidup, perlu dipikirkan dengan matang," saran psikolog Karina Priliani, M.Psi. Psikolog dalam kelas psikologi dalam rangkaian kegiatan Psych yang digagas bunda.id di Gandaria City Mall, Jl Sultan Iskandar Muda, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Sabtu (4/2/2017).

Bahwa benar, menikah adalah keputusan masing-masing orang. Tapi tentu akan lebih baik jika direncanakan dengan matang dan merupakan keputusan matang. Jangan sampai ketidakmatangan keputusan melahirkan masalah-masalah baru dalam kehidupan sehingga kehidupan berumah tangga tidak seindah yang dibayangkan.

Cinta, lanjut Karina, merupakan hal yang biasanya jadi pertimbangan hubungan melangkah ke jenjang yang lebih serius yaitu pernikahan. Nah, dalam cinta ada passion, intimacy dan komitmen. Dalam hal ini passion adalah ketika seseorang suka dan nyaman dengan seseorang lainnya yang mana rasa ini tidak ditemukan di orang lainnya.

"Dalam intimacy ada kedekatan yang bikin nyaman. Ini bisa ditemukan dalam hubungan pertemanan. Jika bermula dari teman, kemudian menikah, ini mungkin karena kemudian muncul passion yang hadir karena melihat nilai-nilai yang diyakini temannya itu," tutur Karina.

Sedangkan komitmen adalah terkait dengan melakukan sesuatu bersama. Pada pertemanan, komitmen ada antara lain ketika sahabat bersedia melakukan kegiatan bersama. Untuk mereka yang meningkat ke taraf pernikahan, tentu komitmennya menjadi lebih kuat lagi.

"Ketika seseorang memutuskan menikah, maka seharusnya dari awal tahu apa saja konsekuensinya. Misalnya waktunya untuk hang out dengan teman tidak sebanyak saat lajang dulu, harus mengurus keluarganya, dan sebagainya. Karena bagaimanapun seseorang yang menikah sudah tidak seperti saat lajang karena tanggung jawab sudah berbeda," papar Karina.


*** SEMOGA BERMANFAAT ***




Sumber  :  health.detik.com
Share:

Sunday, February 19, 2017

Kontribusi Islam Bagi Kemajuan Peradaban Dunia





Kata Pengantar

   Sejarah telah membuktikan bahwa kontribusi Islam pada kemajuan ilmu pengetahuan di dunia modern menjadi fakta sejarah yang tak terbantahkan. Bahkan bermula dari dunia Islam lah ilmu pengetahuan mengalami transmisi (penyebaran, penularan), diseminasi dan proliferasi (pengembangan) ke dunia Barat yang sebelumnya diliputi oleh Masa Gelap (Dark Ages) mendorong munculnya zaman renaissance atau enlightenment(pencerahan) di Eropa.

  Melalui dunia Islam lah mereka mendapat akses untuk mendalami dan mengembangkan ilmu pengetahuan moderen. Menurut George Barton, ketika dunia Barat sudah cukup masak untuk merasakan perlunya ilmu pengetahuan yang lebih dalam, perhatiannya pertama-tama tidak ditujukan kepada sumber-sumber Yunani, melainkan kepada sumber-sumber Arab (Islam).

   Nah mari kita lacak sejarah asal usulnya Kontribusi Islam Bagi kemajuan Peradaban Dunia ini. Untuk itu selanjutnya mari kita ikuti jejak kegemilangan umat Islam dalam pentas sejarah dunia yang dipaparkan oleh H. Budi Suherman Januardi, MM dibawah ini. Selamat menyimaknya. □ AFM



JEJAK KEGEMILANGAN UMAT ISLAM
DALAM PENTAS SEJARAH DUNIA

Oleh: H. Budi Suherdiman Januardi, MM.


S
ejarah perjuangan umat Islam dalam pentas peradaban dunia berlangsung sangat lama sekira 13 abad, yaitu sejak masa kepemimpinan Rasulullah saw di Madinah (10 tahun, 622-632M); Masa Daulat Khulafaur Rasyidin (29 tahun, 632-661M); Masa Daulat Umayyah (89 tahun, 661-750M) dan Masa Daulat Abbasiyah (508 tahun, 750-1258 M) sampai tumbangnya Kekhilafahan Turki Utsmani (429 tahun, 1496-1924)  pada tanggal 28 Rajab tahun 1342 H atau bertepatan dengan tanggal 3 Maret 1924 M, dimana masa-masa kejayaan dan puncak keemasannya banyak melahirkan banyak ilmuwan muslim berkaliber internasional yang telah menorehkan karya-karya luar biasa dan bermanfaat bagi umat manusia yang terjadi selama kurang lebih 700 (1065) tahun, dimulai dari abad 6 M sampai dengan abad 12 M. Pada masa tersebut, kendali peradaban dunia berada pada tangan umat Islam.
Pada saat berjayanya peradaban Islam semangat pencarian ilmu sangat kental dalam kehidupan sehari-hari. Semangat pencarian ilmu yang berkembang menjadi tradisi intelektual secara historis dimulai dari pemahaman (tafaqquh) terhadap al-Qur'an yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw yang kemudian dipahami, ditafsirkan dan dikembangkan oleh para sahabat, tabiin, tabi' tabiin dan para ulama yang datang kemudian dengan merujuk pada Sunnah Nabi Muhammad saw.

Era Rasullah saw (622-632) dan Periode Daulat Khulafaur Rasyidin (632-661)

   Kesuksesan Rasulullah Muhammad  saw dalam membangun peradaban Islam yang tiada taranya dalam sejarah dicapai dalam kurun waktu 23 tahun, 13 tahun langkah persiapan pada periode Makkah (Makiyyah) dan 10 tahun periode Madinah (Madaniyah). Periode 23 tahun merupakan rentang waktu kurang dari satu generasi, dimana beliau saw telah berhasil memegang kendali kekuasaan atas bangsa-bangsa yang lebih tua peradabannya saat itu khususnya Romawi, Persia dan Mesir.

Seorang ahli pikir Perancis bernama Dr. Gustave Le Bone mengatakan:

“Dalam satu abad atau 3 keturunan, tidak ada bangsa-bangsa manusia dapat mengadakan perubahan yang berarti. Bangsa Perancis memerlukan 30 keturunan atau 1000 tahun baru dapat mengadakan suatu masyarakat yang bercelup Perancis. Hal ini terdapat pada seluruh bangsa dan umat, tak terkecuali selain dari umat Islam, sebab Muhammad El-Rasul (maksudnya Muhammad Rasullullah saw) sudah dapat mengadakan suatu masyarakat baru dalam tempo satu keturunan (23 tahun) yang tidak dapat ditiru atau diperbuat oleh orang lain”.

Masa kerasulan Muhammad saw pada akhir periode Madinah merupakan puncak (kulminasi) peradaban Islam, karena disitulah sistem Islam disempurnakan dan ditegakkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”.[QS Al-Maidah ayat 3].
Generasi masa itu merupakan generasi terbaik sebagaimana firman Allah swt:“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Alloh”. [QS Ali Imran ayat 110].

Periode Daulat Umayyah (661-750M)

   Masa Kedaulatan Umayyah berlangsung selama lebih kurang 90 tahun. Beberapa orang Khalifah besar Bani Umayyah ini adalah Muawiyah bin Abi Sufyan (661-680), Abdul Malik bin Marwan (685- 705), Al-Walid bin Abdul Malik (705-715), Umar bin Abdul Aziz (717- 720) dan Hasyim bin Abdul Malik (724- 743).

   Awal berlangsungya periode Daulat Umayyah lebih memprioritaskan pada perluasan wilayah kekuasaan. Ekspansi wilayah yang sempat terhenti pada masa Khalifah Utsman dan Khalifah Ali dilanjutkan kembali oleh Daulat Umayyah. Pada zaman Muawiyah, Tunisia ditaklukkan. Di sebelah Timur, Muawiyah dapat menguasai daerah Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul. Angkatan lautnya melakukan serangan-serangan ke ibu kota Bizantium, Konstantinopel. Ekspansi ke timur yang dilakukan Muawiyah kemudian dilanjutkan oleh khalifah Abdul Malik. Dia mengirim tentara menyeberangi sungai Oxus dan dapat berhasil menundukkan Balkh (Balkan?), Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan Samarkand. Tentaranya bahkan sampai ke India dan dapat menguasai Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai ke Maltan.

   Ekspansi ke Barat secara besar-besaran dilanjutkan pada zaman Al-Walid bin Abdul Malik. Masa pemerintahan Walid adalah masa ketenteraman, kemakmuran dan ketertiban, dimana umat Islam merasa hidup bahagia. Pada masa pemerintahannya yang berjalan kurang lebih sepuluh tahun, tercatat bahwa pada tahun 711 M merupakan suatu ekspedisi militer dari Afrika Utara menuju wilayah Barat Daya, benua Eropa. Setelah Al-Jazair dan Marokko dapat ditundukan, Tariq bin Ziyad, panglima pasukan Islam, dengan pasukannya menyeberangi selat yang memisahkan antara Marokko dengan benua Eropa, dan mendarat di suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Tariq). Tentara Spanyol dapat dikalahkan. Dengan demikian, Spanyol menjadi sasaran ekspansi selanjutnya. Ibu kota Spanyol, Cordova, dengan cepatnya dapat dikuasai. Menyusul setelah itu kota-kota lain seperti Seville, Elvira dan Toledo yang dijadikan ibu kota Spanyol yang baru setelah jatuhnya Cordova. Pasukan Islam memperoleh kemenangan dengan mudah karena mendapat dukungan dari rakyat setempat yang sejak lama menderita akibat kekejaman penguasa. Pada zaman Umar bin Abdul Aziz, serangan dilakukan ke Prancis melalui pegunungan Piranee. Serangan ini dipimpin oleh Aburrahman bin Abdullah Al-Ghafiqi. Ia mulai dengan menyerang Bordeau, Poitiers. Dari sana ia mencoba menyerang Tours. Namun, dalam peperangan yang terjadi di luar kota Tours, Al-Ghafiqi terbunuh, dan tentaranya mundur kembali ke Spanyol. Disamping daerah-daerah tersebut di atas, pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah juga jatuh ke tangan Islam pada zaman Bani Umayyah.

   Pada lapangan perdagangan yakni pada saat peradaban Islam telah menguasai dunia perdagangan sejak permulaan Daulat Umayyah (661-750M), dimana pesisir lautan Hindia sampai ke Lembah Sind, sehingga terjalin kesatuan wilayah yang luas dari Timur sampai Barat yang berimplikasi terhadap lancarnya lalu-lintas dagang di dataran antara Tiongkok dengan dunia belahan Barat pegunungan Thian Shan melalui Jalan Sutera (Silk Road) yang terkenal itu, yang kemudian terbuka pula jalur perdagangan melalui Teluk Parsi, Teluk Aden yang menghubungkannya dengan kota-kota dagang di sepanjang pesisir Benua Eropa, menyebabkan “kebutuhan Eropa pada saat itu amat tergantung pada kegiatan dagang di dalam wilayah Islam”.

  Pada bidang lainnya, pembangunan yang dilakukan Muawiyah diantaranya mendirikan dinas pos dan tempat-tempat tertentu dengan menyediakan kuda yang lengkap dengan peralatannya di sepanjang jalan. Dia juga berusaha menertibkan angkatan bersenjata dan mencetak mata uang. Pada masanya, jabatan khusus seorang hakim (qadhi) mulai berkembang menjadi profesi tersendiri. Qadhi adalah seorang spesialis dibidangnya. Khalifah Abdul Malik mengubah mata uang Bizantium dan Persia yang dipakai di daerah-daerah yang dikuasai Islam. Untuk itu, dia mencetak uang tersendiri pada tahun 659 M dengan memakai kata-kata dan tulisan Arab. Keberhasilan Khalifah Abdul Malik diikuti oleh puteranya Al-Walid bin Abdul Malik (705-715 M) seorang yang berkemauan keras dan berkemampuan melaksanakan pembangunan. Dia membangun panti-panti untuk orang cacat. Semua personel yang terlibat dalam kegiatan yang humanis ini digaji oleh negara secara tetap. Dia juga membangun jalan-jalan raya yang menghubungkan suatu daerah dengan daerah lainnya, pabrik-pabrik, gedung-gedung pemerintahan dan masjid-masjid yang megah.

   Pada lapangan perdagangan yakni pada saat peradaban Islam telah menguasai dunia perdagangan sejak permulaan Daulat Umayyah (661-750M), dimana pesisir lautan Hindia sampai ke Lembah Sind, sehingga terjalin kesatuan wilayah yang luas dari Timur sampai Barat yang berimplikasi terhadap lancarnya lalu-lintas dagang di dataran antara Tiongkok dengan dunia belahan Barat pegunungan Thian Shan melalui Jalan Sutera (Silk Road) yang terkenal itu, yang kemudian terbuka pula jalur perdagangan melalui Teluk Parsi, Teluk Aden yang menghubungkannya dengan kota-kota dagang di sepanjang pesisir Benua Eropa, menyebabkan “kebutuhan Eropa pada saat itu amat tergantung pada kegiatan dagang di dalam wilayah Islam”.


Periode Daulat Abbasiyah (132H/750M s/d 656H/1258 M)

   Masa Kedaulatan Abbasiyah berlangsung selama 508 tahun, sebuah rentang sejarah yang cukup lama dalam sebuah peradaban. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode: (1) Periode Pertama (132 H/750 M-232 H/847 M), disebut periode pengaruh Persia pertama; (2) Periode Kedua (232 H/847 M-334 H/945 M), disebut pereode pengaruh Turki pertama; (3) Periode Ketiga (334 H/945 M-447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua; (4) Periode Keempat (447 H/1055 M-590 H/l194 M), masa kekuasaan dinasti Bani Seljuk dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah; biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua; (5) Periode Kelima (590 H/1194 M-656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Bagdad.

   Tidak seperti pada periode Umayyah, Periode pertama Daulat Abbasiyah lebih memprioritaskan pada penekanan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah. Fakta sejarah mencatat bahwa masa Kedaulatan Abbasiyah merupakan pencapaian cemerlang di dunia Islam pada bidang sains, teknologi dan filsafat. Pada saat itu dua pertiga bagian dunia dikuasai oleh Kekhilafahan Islam.

   Masa sepuluh Khalifah pertama dari Daulat Abbasiyah merupakan masa kejayaan (keemasan) peradaban Islam, dimana Baghdad mengalami kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat. Secara politis, para khalifah betul-betul merupakan tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun setelah periode ini berakhir, pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik, meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang.

   Pada masa sepuluh Khalifah pertama itu, puncak pencapaian kemajuan peradaban Islam terjadi pada masa pemerintahan Harun Al-Rasyid (786-809 M). Harun Al-Rasyid adalah figur khalifah shaleh ahli ibadah; senang bershadaqah; sangat mencintai ilmu sekaligus mencintai para ‘ulama; senang dikritik serta sangat merindukan nasihat terutama dari para ‘ulama. Pada masa pemerintahannya dilakukan sebuah gerakan penerjemahan berbagai buku Yunani dengan menggaji para penerjemah dari golongan Kristen dan penganut agama lainnya yang ahli. Ia juga banyak mendirikan sekolah, yang salah satu karya besarnya adalah pembangunan Baitul Hikmah, sebagai pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. Perpustakaan pada masa itu lebih merupakan sebuah universitas, karena di samping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga dapat membaca, menulis dan berdiskusi.

    Harun Al-Rasyid juga menggunakan kekayaan yang banyak untuk dimanfaatkan bagi keperluan sosial. Rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi didirikan. Pada masanya sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang dokter. Disamping itu, pemandian-pemandian umum juga dibangun. Kesejahteraan, sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat yang tak tertandingi.
Terjadinya perkembangan lembaga pendidikan pada masa Harun Al Rasyid mencerminkan terjadinya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Hal ini sangat ditentukan oleh perkembangan bahasa Arab, baik sebagai bahasa administrasi yang sudah berlaku sejak zaman Bani Umayyah, maupun sebagai bahasa ilmu pengetahuan.

   Pada masa pemerintahan Abbasiyah pertama juga lahir para imam mazhab hukum yang empat hidup Imam Abu Hanifah (700-767); Imam Malik (713-795); Imam Syafi'i (767-820) dan Imam Ahmad bin Hanbal (780-855).

   Pencapaian kemajuan dunia Islam pada bidang ilmu pengetahuan tersebut tidak terlepas dari adanya sikap terbuka dari pemerintahan Islam pada saat itu terhadap berbagai budaya dari bangsa-bangsa sebelumnya seperti Yunani, Persia, India dan yang lainnya. Gerakan penterjemahan yang dilakukan sejak Khalifah Al-Mansur (745-775) hingga Harun Al-Rasyid berimplikasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan umum, terutama di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia, farmasi, biologi, fisika dan sejarah.

   Menurut Demitri Gutas proses penterjemahan di zaman Abbasiyah didorong oleh motif sosial, politik dan intelektual. Ini berarti bahwa para pihak baik dari unsur masyarakat, elit penguasa, pengusaha dan cendekiawan terlibat dalam proses ini, sehingga dampaknya secara kultural sangat besar.

   Gerakan penerjemahan pada zaman itu kemudian diikuti oleh suatu periode kreativitas besar, karena generasi baru para ilmuwan dan ahli pikir muslim yang terpelajar itu kemudian membangun dengan ilmu pengetahuan yang diperolehnya untuk mengkontribusikannya dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan.

   Menurut Marshall, proses pengislaman tradisi-tradisi itu telah berbuat lebih jauh dari sekadar mengintegrasikan dan memperbaiki, hal itu telah menghasilkan energi kreatif yang luar biasa. Menurutnya, periode kekhalifahan dalam sejarah Islam merupakan periode pengembangan di bidang ilmu, pengetahuan dan kebudayaan, dimana pada zaman itu telah melahirkan tokoh-tokoh besar di bidang filsafat dan ilmu pengetahuan seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al-Farabi. Berbagai pusat pendidikan tempat menuntut ilmu dengan perpustakaan-perpustakaan besar bermunculan di Cordova, Palermo, Nisyapur, Kairo, Baghdad, Damaskus, dan Bukhara, dimana pada saat yang sama telah mengungguli Eropa yang tenggelam dalam kegelapan selama berabad-abad. Kehidupan kebudayaan dan politik baik dari kalangan orang Islam maupun non-muslim pada zaman kekhilafahan dilakukan dalam kerangka Islam dan bahasa Arab, walaupun terdapat perbedaan-perbedaan agama dan suku yang plural.

   Pada saat itu umat Islam telah berhasil melakukan sebuah akselerasi, jauh meninggalkan peradaban yang ada pada saat itu. Hidupnya tradisi keilmuan, tradisi intelektual melalui gerakan penerjamahan yang kemudian dilanjutkan dengan gerakan penyelidikan yang didukung oleh kuatnya elaborasi dan spirit pencarian, pengembangan ilmu pengetahuan yang berkembang secara pesat tersebut, mengakibatkan terjadinya lompatan kemajuan di berbagai bidang keilmuan yang telah melahirkan berbagai karya ilmiah yang luar biasa.

   Menurut Oliver Leaman proses penterjemahan yang dilakukan ilmuwan muslim tidak hanya menterjemahkan karya-karya Yunani secara ansich, tetapi juga mengkaji teks-teks itu, memberi komentar, memodifikasi dan mengasimilasikannya dengan ajaran Islam. Proses asimilasi tersebut menurut Thomas Brown terjadi ketika peradaban Islam telah kokoh. Sains, filsafat dan kedoketeran Yunani diadapsi sehingga masuk kedalam lingkungan pandangan hidup Islam. Proses ini menggambarkan betapa tingginya tingkat kreativitas ilmuwan muslim sehingga dari proses tersebut telah melahirkan pemikiran baru yang berbeda sama sekali dari pemikiran Yunani dan bahkan boleh jadi asing bagi pemikiran Yunani.

   Pada masa-masa permulaan perkembangan kekuasaan, Islam telah memberikan kontribusi kepada dunia berupa tiga jenis alat penting yaitu paper (kertas), compass (kompas) and gunpowder (mesiu). Penemuan alat cetak (movable types) di Tiongkok pada penghujung abad ke-8 M dan penemuan alat cetak serupa di Barat pada pertengahan abad 15 oleh Johann Gutenberg, menurut buku Historians’ History of the World, akan tidak ada arti dan gunanya jika Bangsa Arab tidak menemukan lebih dahulu cara-cara bagi pembuatan kertas.

   Pencapaian prestasi yang gemilang sebagai implikasi dari gerakan terjemahan yang dilakukan pada zaman Daulat Abbasiah sangat jelas terlihat pada lahirnya para ilmuwan muslim yang mashur dan berkaliber internasional seperti : Al-Biruni (fisika, kedokteran); Jabir bin Hayyan (Geber) pada ilmu kimia; Al-Khawarizmi (Algorism) pada ilmu matematika; Al-Kindi (filsafat); Al-Farazi, Al-Fargani, Al-Bitruji (astronomi); Abu Ali Al-Hasan bin Haythami pada bidang teknik dan optik; Ibnu Sina (Avicenna) yang dikenal dengan Bapak Ilmu Kedokteran Modern; Ibnu Rusyd (Averroes) pada bidang filsafat; Ibnu Khaldun (sejarah, sosiologi). Mereka telah meletakkan dasar pada berbagai bidang ilmu pengetahuan.

   Beberapa ilmuwan muslim lainnya pada masa Daulat Abbasiyah yang karyanya diakui dunia diantaranya:

• Al-Razi (guru Ibnu Sina), berkarya dibidang kimia dan kedokteran, menghasilkan 224 judul buku, 140 buku tentang pengobatan, diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin. Bukunya yang paling masyhur adalah Al-Hawi Fi ‘Ilm At Tadawi (30 jilid, berisi tentang jenis-jenis penyakit dan upaya penyembuhannya). Buku-bukunya menjadi bahan rujukan serta panduan dokter di seluruh Eropa hingga abad 17. Al-Razi adalah tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar dengan measles. Dia juga orang pertama yang menyusun buku mengenai kedokteran anak. Sesudahnya, ilmu kedokteraan berada di tangan Ibnu Sina;

• Al-Battani (Al-Batenius), seorang astronom. Hasil perhitungannya tentang bumi mengelilingi pusat tata surya dalam waktu 365 hari, 5 jam, 46 menit, 24 detik, mendekati akurat. Buku yang paling terkenal adalah Kitab Al Zij dalam bahasa latin: De Scienta Stellerum u De Numeris Stellerumet Motibus, dimana   terjemahan tertua dari karyanya masih ada di Vatikan;

• Al Ya’qubi, seorang ahli geografi, sejarawan dan pengembara. Buku tertua dalam sejarah ilmu geografi berjudul Al Buldan (891), yang diterbitkan kembali oleh Belanda dengan judul Ibn Waddih qui dicitur al-Ya’qubi historiae;

• Al Buzjani (Abul Wafa). Ia mengembangkan beberapa teori penting di bidang matematika (geometri dan trigonometri).

   Sejarah telah membuktikan bahwa kontribusi Islam pada kemajuan ilmu pengetahuan di dunia modern menjadi fakta sejarah yang tak terbantahkan. Bahkan bermula dari dunia Islamlah ilmu pengetahuan mengalami transmisi (penyebaran, penularan), diseminasi dan proliferasi (pengembangan) ke dunia Barat yang sebelumnya diliputi oleh masa ‘the Dark Ages’ mendorong munculnya zaman renaissance atau enlightenment (pencerahan) di Eropa.

   Melalui dunia Islam-lah mereka mendapat akses untuk mendalami dan mengembangkan ilmu pengetahuan modern. Menurut George Barton, ketika dunia Barat sudah cukup masak untuk merasakan perlunya ilmu pengetahuan yang lebih dalam, perhatiannya pertama-tama tidak ditujukan kepada sumber-sumber Yunani, melainkan kepada sumber-sumber Arab.

   Sebelum Islam datang, menurut Gustav Le Bon, Eropa berada dalam kondisi kegelapan, tak satupun bidang ilmu yang maju bahkan lebih percaya pada tahayul. Sebuah kisah menarik terjadi pada zaman Daulat Abbasiah saat kepemimpinan Harun Al-Rasyid, tatkala beliau mengirimkan jam sebagai hadiah pada Charlemagne seorang penguasa di Eropa. Penunjuk waktu yang setiap jamnya berbunyi itu oleh pihak Uskup dan para Rahib disangka bahwa di dalam jam itu ada jinnya sehingga mereka merasa ketakutan, karena dianggap sebagai benda sihir. Pada masa itu dan masa-masa berikutnya, baik di belahan Timur Kristen maupun di belahan Barat Kristen masih mempergunakan jam pasir sebagai penentuan waktu.

   Bagaimana kondisi kegelapan Eropa pada zaman pertengahan (Abad 9 M) bukan hanya pada aspek mental-dimana cenderung bersifat takhayul, demikian pula halnya dalam aspek fisik material. Hal ini sebagaimana digambarkan oleh William Drapper:

“Pada zaman itu Ibu Kota pemerintahan Islam di Cordova merupakan kota paling beradab di Eropa, 113.000 buah rumah, 21 kota satelit, 70 perpustakaan dan toko-toko buku, masjid-masjid dan istana yang banyak. Cordova menjadi mashur di seluruh dunia, dimana jalan yang panjangnya bermil-mil dan telah dikeraskan diterangi dengan lampu-lampu dari rumah-rumah di tepinya. Sementara kondisi di London 7 abad sesudah itu (yakni abad 15 M), satu lampu umumpun tidak ada. Di Paris berabad-abad sesudah zaman Cordova, orang yang melangkahi ambang pintunya pada saat hujan, melangkah sampai mata kakinya ke dalam lumpur”.

   Menurut Philip K. Hitti, jarak peradaban antara kaum muslimin di bawah kepemimpinan Harun Al-Rasyid jauh melampaui peradaban yang ada pada orang-orang Kristen pimpinan Charlemagne.

   Pertengahan abad 9 M peradaban Islam telah meliputi seluruh Spanyol. Masuknya Islam ke Spanyol yaitu setelah Abdur Rahman ad-Dakhil (756 M) berhasil membangun pemerintahan yang berpusat di Andalusia.

   Melalui Spanyol, Sicilia dan Perancis Selatan yang berada langsung di bawah pemerintahan Islam, peradaban Islam memasuki Eropa. Bahasa Arab menjadi bahasa internasional yang digunakan berbagai suku bangsa di berbagai negeri di dunia. Baghdad di Timur dan Cordova di Barat, dua kota raksasa Islam menerangi dunia dengan cahaya gilang-gemilang. Sekitar tahun 830 M, Alfonsi-Raja Asturia telah mendatangkan dua sarjana Islam untuk mendidik ahli warisnya. Sekolah Tinggi Kedokteran yang didirikan di Perancis (di Montpellier) dibina oleh beberapa orang Mahaguru dari Andalusia. Keunggulan ilmiah kaum muslimin tersebar jauh memasuki Eropa dan menarik kaum intelektual dan bangsawan Barat ke negeri-negeri pusatnya. Diantara mereka terdapat Roger Bacon (Inggeris); Gerbert d’Aurillac yang kemudian menjadi Paus Perancis pertama dengan gelar Sylvester II, selama 3 tahun tinggal di Todelo mempelajari ilmu matematika, astronomi, kimia dan ilmu lainnya dari para sarjana Islam.

   Tidaklah mengherankan, karena pada saat kekhilafahan Islam berkuasa saat itu Spanyol menjadi pusat pembelajaran (centre of learning) bagi masyarakat Eropa dengan adanya Universitas Cordova. Di Andalusia itulah mereka banyak menimba ilmu, dan dari negeri tersebut muncul nama-nama ‘ulama besar seperti Imam Asy-Syathibi pengarang kitab Al-Muwafaqat, sebuah kitab tentang Ushul Fiqh yang sangat berpengaruh; Ibnu Hazm Al-Andalusi pengarang kitab Al-Fashl fi al-Milal wa al-Ahwa’ wa an-Nihal, sebuah kitab tentang perbandingan sekte dan agama-agama dunia, dimana bukti tersebut telah mengilhami penulis-penulis Barat untuk melakukan hal yang sama.

   Di Andalusia (Spanyol bagian Selatan), berbagai universitasnya pada saat itu dipenuhi oleh banyak mahasiswa Katolik dari Perancis, Inggeris, Jerman dan Italia. Pada masa itu, para pemuda Kristen dari berbagai negara di Eropa dikirim berbondong-bondong ke sejumlah perguruan tinggi di Andalusia guna menimba ilmu pengetahuan dan teknologi dari para ilmuwan muslim. Adalah Gerard dari Cremona; Campanus dari Navarra; Aberald dari Bath; Albert dan Daniel dari Morley yang telah menimba ilmu demikian banyak dari para ilmuwan muslim, untuk kemudian pulang dan menggunakannya secara efektif bagi penelitian dan pengembangan di masing-masing bangsanya. Dari sini kemudian sebuah revolusi pemikiran dan kebudayaan telah pecah dan menyebarluas ke seluruh masyarakat dan seluruh benua. Para pemuda Kristen yang sebelumnya telah banyak belajar dari para ilmuwan muslim, telah berhasil melakukan sebuah transformasi nilai-nilai yang unggul dari peradaban Islam yang kemudian diimplementasikan pada peradaban mereka (Barat) yang selanjutnya berimplikasi terhadap kemajuan diberbagai bidang ilmu pengetahuan.

   Semaraknya pengembangan ilmu dan pengetahuan di dunia Islam diindikasikan dengan banyaknya perpustakaan tersebar di kota-kota dan negeri-negeri Islam yang jumlahnya sangat fantastis. Sejarah mencatat, perpustakaan di Cordova pada abad 10 Masehi mempunyai 600.000 jilid buku. Perpustakaan Darul Hikmah di Cairo mempunyai 2.000.000 jilid buku. Perpustakaan Al Hakim di Andalusia mempunyai berbagai buku dalam 40 kamar yang setiap kamarnya berisi 18.000 jilid buku. Perpustakaan Abudal Daulah di Shiros (Iran Selatan) buku-bukunya memenuhi 360 kamar. Sementara ratusan tahun sesudahnya (abad 15 M), menurut catatan Catholik Encyclopedia, perpustakaan Gereja Canterbury yang merupakan perpustakaan dunia Barat yang paling kaya saat jumlah bukunya tidak melebihi 1.800 jilid buku.

   Sejarah juga mencatat bahwa Uskup Agung Raymond di Spanyol mendirikan Badan Penterjemah di Todelo yang ditujukan guna menterjemahkan sebagian besar karangan sarjana-sarjana Muslim tentang ilmu pasti, astronomi, kimia, kedokteran, filsafat, dll, dimana waktu yang dibutuhkan untuk menterjemahkannya yaitu lebih dari satu setengah abad (1135-1284 M).

    Dari pusat-pusat peradaban Islam yang meliputi Baghdad, Damaskus, Cordova, Sevilla, Granada dan Istanbul, telah memancarkan sinar gemerlap yang menerangi seluruh penjuru dunia terlebih Cordova, Sevilla, Granada yang merupakan bagian dari kekuasaan Islam di Spanyol telah banyak memberikan kontribusi besar terhadap tumbuh dan berkembangnya peradaban modern di dunia Barat.


Periode Setelah Daulat Abbasiyah Sampai Tumbangannya Kekhilafahan Turki Utsmani.

   Pada masa Khilafah Utsmani, para ahli sejarah sepakat bahwa zaman Khalifah Sulaiman Al-Qanuni (1520-1566 M) merupakan zaman kejayaan dan kebesaran yang pada masanya telah jauh meninggalkan negara-negara Eropa di bidang militer, sains dan politik.

   Pasca berakhirnya keluasaan Daulat Abbasiyah, kepemimpinan Islam berlanjut dengan kepemimpinan Daulat Utsmaniyah. Daulat Utsmaniyah yang juga dikenal dengan sebutan Kesultanan atau Kekaisaran Turki Ottoman, didirikan oleh Bani Utsman, yang selama lebih dari enam abad kekuasaannya (1299 s/d 1923) dipimpin oleh 36 orang sultan, sebelum akhirnya runtuh dan terpecah menjadi beberapa negara kecil.

   Kesultanan ini menjadi pusat interaksi antar Barat dan Timur selama enam abad. Pada puncak kekuasaannya, Kesultanan Utsmaniyah terbagi menjadi 29 propinsi dengan Konstantinopel (sekarang Istambul) sebagai ibukotanya. Pada abad ke-16 dan ke-17, Kesultanan Usmaniyah menjadi salah satu kekuatan utama dunia dengan angkatan lautnya yang kuat. Kekuatan Kesultanan Usmaniyah terkikis secara perlahan-lahan pada abad ke-19, sampai akhirnya benar-benar runtuh pada abad 20. Musuh-musuh Islam membutuhkan waktu selama satu abad untuk melepaskan ikatan ideologi Islam dari tubuh umat Islam, yang pada akhirnya tanggal 3 Maret 1924 M yang bertepatan dengan tanggal 28 Rajab 1342 Hijriah, melalui Mustafa Kemal Attaturk yang merupakan agen Inggris dan anggota Freemasonry (sebuah organisasi Yahudi), membubarkan institusi Kekhilafahan Islam terakhir di Turki dan menggantikannya dengan Republik Turki. Maka, sejak saat itu ideologi Islam benar-benar terkubur ditandai dengan dihilangkannya institusi khilafah oleh majelis nasional Turki dan diusirnya Khalifah terakhir.


BEBERAPA CATATAN PENTING

   Menyimak betapa besar kontribusi Islam terhadap lahirnya peradaban Islam berskala dunia terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi, sesungguhnya kemajuan yang dicapai Barat pada mulanya bersumber dari peradaban Islam. Dunia Barat sekarang sejatinya berterima kasih kepada umat Islam. Akan tetapi pada kenyataannya pihak Barat (non Muslim) telah sengaja menutup-nutupi peran besar atas jasa para pejuang dan ilmuwan muslim tersebut yang pada akhirnya terabaikan bahkan sampai terlupakan. Oleh karena itu, umat Islam perlu kembali menggelorakan semangat keilmuan para ilmuwan muslim atas sumbangsihnya yang amat besar bagi peradaban umat manusia di dunia dalam menyongsong kembali kejayaan Islam dan umatnya.

   Kita dapat menyimak, bahwa puncak pencapaian penguasaan sains dan teknologi pada zaman kejayaan umat Islam masa lalu terkait erat dengan tegaknya sistem kekhilafahan, dimana adanya sistem komando yang terintegrasi secara global yang peranan secara politik sejalan dengan peranan agama. Kita juga mendapatkan gambaran dalam sejarah bahwa sosok para pemimpin terdahulu yang shaleh selain sebagai seorang negarawan yang handal dan mumpuni, juga sebagai seorang ‘ulama wara’ yang takut pada Rabb-nya, mencintai ilmu serta mencintai rakyatnya. Pada aspek ini kita bisa melihat adanya integrasi tiga pilar utama dalam pembentukan peradaban Islam yaitu agama, politik dan ilmu pengetahuan terpadu dalam satu kendali sistem kekhilafahan dibawah pimpinan seorang khalifah.

   Keberlangsungan sistem kekhilafahan terutama sejak zaman Daulat Umayyah dan Daulat Abbasiyah walaupun bersifat khalifatul mulk (estapeta kepemimpinan didasarkan pada keturunan/dinasti) yang adakalanya dipimpin oleh orang shaleh dan sekali waktu dipimpin oleh orang zhalim dan durhaka, tetapi seburuk-buruk kondisi pada masa kehilafahan, masih jauh lebih baik daripada masa setelah tercerabutnya kekhilafahan, karena pada masa kekhilafahan hukum Islam masih tegak dan ditaati oleh umat Islam, demikian juga adanya ketaatan terhadap berbagai fatwa para ‘ulama.
Segala hal yang baik dari para pendahulu umat Islam seyogiannya menjadi cerminan teladan bagi kita, sementara segala hal yang kurang baik, sejatinya dijadikan sebagai pelajaran yang sangat berharga.

   Awal meredupnya peradaban Islam yang terjadi sejak abad ke-8 hijriah (abad 13 M) hingga abad ke-14 hijriah (abad 20 M) yang telah mengakibatkan proses peralihan dari peradaban Islam ke peradaban Barat yang ditandai dengan masa pencerahan di dunia Barat serta terjadinya penjajahan, penaklukan dan aneksasi terhadap negeri-negeri muslim oleh armada perang dari negara-negara Barat lebih disebabkan oleh melemahnya legitimasi politik dunia Islam karena peran kekhilafahan cenderung bersifat simbol serta hanya sebatas seremonial saja hingga tumbangnya sistem kekhilafahan di dunia Islam. Dari situlah kemudian dimulainya hegemoni dunia Barat terhadap dunia Islam.

   Jadi, sesungguhnya faktor utama kekalahan dan melemahnya peran umat Islam bukanlah terletak pada kuatnya pihak musuh-musuh Islam, tetapi lebih disebabkan oleh melemahnya kekuatan umat Islam yang diakibatkan oleh perbuatan kemaksiatan yang dilakukan. Kemaksiatan terbesar terutama berupa sikap menyekutukan Alloh Swt (musyrik) dalam beribadah serta tidak memperdulikan lagi atas berbagai aturan (syari’at) yang diperintahkan-Nya.

   Perbuatan maksiat yang dilakukan oleh umat Islam itulah yang telah dikhawatirkan oleh Umar bin Kaththab ra saat beliau menjadi Khalifah, hal ini sebagaimana dapat kita simak dari pesan tertulis beliau yang pernah disampaikannya kepada Sa’ad bin Abi Waqash ketika akan menghadapi sebuah pertempuran. Pada surat itu ditulis pesan sebagai berikut:

“Umar bin Kaththab ra. telah menulis sepucuk surat kepada Sa’ad bin Abi Waqash ra: ‘Sesungguhnya kami memerintahkan kepadamu dan kepada seluruh pasukan yang kamu pimpin, agar taqwa dalam segala keadaan, karena taqwa kepada Alloh merupakan seutama-utamanya persiapan dan strategi paling kuat dalam menghadapi pertempuran. Aku perintahkan pula kepadamu dan pasukan yang kamu pimpin agar benar-benar menjaga diri dari berbuat maksiat. Karena maksiat yang engkau perbuat pada saat berjuang lebih aku khawatirkan daripada kekuatan musuh, sebab engkau akan ditolong Allah jika musuh-musuh Allah telah berbuat banyak maksiat, karena jika tidak demikian kamu tidak akan punya kekuatan sebab jumlah kita tidaklah sebanyak jumlah pasukan mereka, dimana persiapan mereka berbeda dengan persiapan yang kita lakukan. Jika kita sama-sama berbuat maksiat sebagaimana yang dilakukan oleh musuh-musuh kita, maka kekuatan musuh akan semakin hebat. Sangatlah berat kita akan dapat mengalahkan musuh kita jika hanya mengandalkan pada kekuatan yang kita miliki, kecuali dengan mengandalkan ketaqwaan kita kepada Allah dan senantiasa menjaga diri dari berbuat maksiat...” (Lihat : Kitab Al ‘Aqdul Farid jilid I, hlm. 101; Kitab Nihayatul Arab jilid VI, hlm. 168; Kitab Ikhbarul Umar wa Ikhbaru Abdullah bin Umar jilid I, hlm. 241-242; Kitab Ikbasu min Ikhbarul Khulafa Ar-Rosyidin hlm 779, serta buku Jihad tulisan Dr. Mahfudz Azzam, hlm. 28).


Senarai Pustaka
1. Abu Khalil, Syauqi. Harun Al Rasyid, Pemimpin dan Raja yang Mulia. Jakarta: Pustaka Azzam, 2002.
2. Al-Sharqawi, Effat. Filsafat Kebudayaan Islam. Bandung: Penerbit Pustaka, 1986.
3. Enan, M.A. Decisive Moments in the History of Islam (Detik-detik Menentukan dalam Sejarah Islam). Alih Bahasa oleh Mahyuddin Syaf, Surabaya: Bina Ilmu, 1979.
4. Gibbon, Edward. The Decline and The Fall of Roman Impire, Abridged and Illustrated London. United Kingdom: Bison Books Ltd. 1979.
5. Gutas, Dimitri. Greek Thought, Arabic Culture, The Graeco-Arabic Translation Movement in Baghdad and Early Abbasid Society (2nd-4th/8th-10 centuries). Routledge, London-New York, 1998.
6. Muttaqo Al Hindi. Kitab ‘Muntakhob Kanzu’l-Ummal, Jilid VI.
7. Koentjaraningrat. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia, 1985.
Leaman, Oliver. Scientif and Philosophical Enquiry: Achievement and Reaction in Muslim History dalam Farhad Daftary (ed), Intellectual Traditions in Islam, I.B Tauris, London-New York in Association with The Institute of Ismaili Studies, 2000.
8. Leaman, Oliver. An Introduction to Medieval Islamic Philosophy, Cambridge: University Press, Cambridge, 1985.
9. Muhammad Ash-Shalabi, Ali. Bangkit & Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2004.
10. Nasution, Harun. Islam Ditinjau dari berbagai Aspeknya. Jilid I, cetakan kelima. Jakarta: UI Press, 1985.
11. Sou’yb, Joesoef. Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin. Jakarta: Bulan Bintang, 1979.
12. Sou’yb, Joesoef. Sejarah Daulat Umayyah. Jakarta: Bulan Bintang, 1977.
13. Sou’yb, Joesoef. Sejarah Daulat Abbasiah. Jakarta: Bulan Bintang, 1977.
14. Stryzewska, Bojena Gajane. Tarikh al-Daulat al-Islamiyah. Beirut: Al Maktab Al-Tijari, tanpa tahun.
15. Suyuthi, Imam. Tarikh Khulafa. Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2006.
16. Syalabi, A. Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid I. Jakarta: Pustaka Alhusna, 1987, cet. V.
17. Watt, W. Montgomery. Kejayaan Islam: Kajian Kritis dari Tokoh Orientalis. Yogyakarta: Tiara Wicana Yogya, 1990.
18. Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006.

Referensi/Sumber: Jejak Kegemilangan Umat Islam Dalam Pentas Sejarah Dunia, H. Budi Suherdiman Januardi, MM, diakses dari http://www.dudung.net/artikel-islami/jejak-kegemilangan-umat-islam-dalam-pentas-sejarah-dunia.html□□□

Share: